Pages

Jumat, 13 Februari 2009

Bakteri

DEMAM TIFOID

Memasuki musim hujan, penyakit yang satu ini seolah menjadi kondang
dan seringkali menjadi alasan rujukan rawat inap di rumah sakit bagi
penderitanya. Ada baiknya kita mengenali lebih lanjut mengenai demam
tifoid atau typhoid fever, yang lebih umum disebut tifus oleh orang
awam.

Definisi

Demam tifoid atau tifus adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella Typhi.

Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam
peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada
usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, jaringan yang
terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan) .

Bakteri tifoid ditemukan dalam tinja dan air kemih penderia.
Penyebaran bakteri bisa terjadi karena pencucian tangan yang kurang
bersih setelah buang air, melalui air dan makanan yang tercemar, atau
lalat yang menyebarkan langsung dari tinja ke makanan.

Di kota-kota besar, dimana sumber air untuk minum dan mencuci bahan
makanan berasal dari air kali yang sekaligus berfungsi sebagai
penampungan limbah atau kakus, bakteri tifoid yang lolos dari proses
pemasakan dapat berada dalam minuman dan makanan.

Gejala

Timbul secara bertahap dalam waktu 8 – 14 hari setelah terinfeksi.
Gejala bisa berupa :
- demam, seringkali tinggi ( 39 atau 40 C)
- sakit kepala
- lemah dan lelah
- sakit tenggorokan
- nyeri perut
- diare (terutama anak-anak) atau konstipasi / sembelit (terutama orang dewasa)
- memasuki minggu kedua, pada penderita bisa timbul bercak kecil
kemerahan di bagian bawah dada atau bagian atas perut, yang biasanya
hilang dalam 3 – 4 hari.

Penderita demam tifoid mulai demam rendah pada malam hari, hilang
esoknya, terulang lagi malamnya, menjadi makin hari makin tinggi.
Mulainya malam saja, kemudian siang juga. Pola demam semakin hari
semakin naik, seperti anak tangga. Demam Tifoid tidak pernah mulai
dengan demam tinggi pada hari pertama sampai ketiga.

Pada penderita yang tidak menerima pengobatan, penderita akan memasuki
tahap kedua dimana penderita akan menjadi semakin sakit, demam tinggi
yang konstan, diare dan konstipasi. Pada minggu ketiga, penderita akan
semakin lemah. Komplikasi yang membahayakan jiwa biasanya terjadi pada
waktu ini. Perbaikan akan terjadi secara perlahan pada minggu ke
empat. Demam menurun secara bertahap dan suhu penderita kembali normal
pada minggu atau 10 hari berikutnya. Tetapi gejala dapat timbul
kembali selama 2 minggu sesudah demam menghilang (10% kasus yang tidak
diobati).

Demam paratifoid, yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Paratyphi,
menyebabkan gejala yang serupa, hanya lebih ringan dan penderita bisa
sembuh lebih cepat.

Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa
terjadi komplikasi terutama bila tidak diobati atau pengobatan
terlambat, berupa :
- Perdarahan usus (2% penderita)
- Perforasi usus (1 – 2% penderita) yang menyebabkan nyeri perut
karena isi usus menginfeksi rongga perut (peritonitis)
- Pneumonia, biasanya jika terjadi infeksi pnemokokus meskipun bakteri
tifoid juga bisa menyebabkan pneumonia).
- Infeksi kandung kemih dan hati
- Infeksi darah (bakteremia) yang kadang menyebabkan infeksi organ
tubuh lainnya

Bahkan setelah pengobatan dengan antibiotika, sejumlah kecil orang
yang sembuh dari demam tifoid terus membawa bakteri dalam saluran
pencernaan mereka selama bertahun-tahun. Orang seperti ini disebut
"typhoid carriers", menyebarkan bakteri melalui feses dan bisa
menginfeksi orang lain, walaupun mereka tidak menampakkan gejala
penyakit demam tifoid.

Diagnosis

Ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Ciri
khas penyakit ini adalah pola demamnya yang seperti anak tangga.

Bila demam terus berlanjut dan pada hari ke 5 - 6 menjadi lebih
tinggi, maka barulah tiba waktunya untuk memeriksa Widal dan melakukan
pembiakan kuman dari darah dengan media pembiakan empedu (gal
culture). Hasil pembiakan kuman tifoid yang positif merupakan bukti
pasti adanya tifoid. Sayangnya, hasil kultur kuman ini baru diketahui
sesudah satu minggu.

Saat ini banyak ditemui kesalahkaprahan dalam penegakan diagnosis
tifoid, antara lain
- Terburu-buru memeriksakan darah ke laboratorium, padahal baru demam 2 – 3 hari
- Hanya semata mengandalkan uji Widal untuk menegakkan diagnosis demam tifoid
- Lebih mementingkan hasil uji laboratorium atau penunjang ketimbang
gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Padahal dari definisinya saja,
uji laboratorium atau penunjang seharusnya bersifat sebagai penguat
atau penunjang penegakan diagnostik yang dilakukan berdasarkan gejala
klinis dan pemeriksaan fisik.

Mengapa Uji Widal Saja Tidak Cukup ?

Berdasarkan literatur kedokteran, uji Widal bukanlah pemeriksaan
penunjang yang paling tepat (gold standard) untuk menentukan apakah
seseorang terkena demam tifoid atau tidak. Pemeriksaan penunjang yang
paling tepat adalah pembiakan kuman / kultur dari darah (gal culture),
yang sayangnya memakan biaya yang besar dan waktu yang lama, sedangkan
keputusan untuk memberikan terapi harus diputuskan segera. Namun
pengobatan bisa dimulai berdasarkan penegakan diagnosis dari gejala
klinis dan pemeriksaan fisik.

Kelemahan uji Widal :
- Bisa memberikan hasil positif palsu pada anak yang sudah menerima
vaksin tifoid.
- Indonesia merupakan daerah endemik tifoid (endemik = merata di
seluruh kawasan tertentu). Kebanyakan kota besar di Indonesia seolah
sudah seperti kakus terbuka raksasa, air yang tercemari oleh tinja
penderita dengan mudah masuk ke dalam minuman atau makanan. Oleh
karena itu, kemungkinan besar semua orang di kota besar Indonesia
tidak ada yang tidak pernah menelan kuman tifoid. Dengan demikian,
bila ditemukan seseorang di Indonesia yang mempuyai reaksi Widal
positif, belum tentu menderita demam tifoid.
- Uji Widal memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas sedang
(moderate). Pada kultur yang terbukti positif, uji Widal yang
menunjukkan nilai negatif bisa mencapai 30 persen.

Pengobatan

Pemberian antibiotik adalah satu-satunya terapi efektif untuk demam
tifoid dan paratifoid. Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99%
penderita dapat disembuhkan.

Selain pengobatan dengan antibiotika, yang penting adalah tirah baring
(tidur terlentang) selama beberapa hari sampai demam mereda. Bila
penderita banyak bergerak, suhu badan akan naik lagi karena kuman
terlepas dari tempat perkembangannya di usus masuk ke dalam darah.
Pergerakan banyak juga menimbulkan risiko usus pecah pada minggu ke 3
- 4. Dengan perawatan dan obat, demam baru akan turun dalam 4 - 8
hari. Bila panas sudah turun dalam 1 - 2 hari setelah pengobatan,
kemungkinan bukan demam tifoid.

Terapi lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala adalah :
- intake cairan untuk mencegah dehidrasi akibat demam tinggi dan diare
- pengaturan makan tinggi kalori untuk mengganti kalori yang hilang
akibat sakit, berupa nasi agak lembek. Daging, telur, ikan, ayam,
tahu, tempe, sedikit sayur, dan buah boleh dikonsumsi. Hindari makanan
yang pedas dan keras.

Pencegahan

- Pemberian vaksin tifoid. Pada anak-anak usia 2 – 12 tahun mulai
diberikan ketika usia 2 tahun dengan ulangan tiap 3 tahun. Pada orang
dewasa, vaksin per-oral (ditelan) memberikan perlindungan 70%, hanya
diberikan kepada orang yang pernah terpapar bakteri Salmonella Typhi
dan orang beresiko tinggi (petugas laboratorium dan pelancong).

Untuk mencegah penyebaran bakteri dari penderita / orang yang baru
sembuh dari demam tifoid :

- Mencuci tangan sesering mungkin dengan benar, terutama sebelum makan
dan sesudah menggunakan toilet. Gunakan air hangat, gosokkan sabun
minimal 30 detik sebelum dibilas.
- Bersihkan peralatan rumah tangga setiap hari, seperti toilet,
pegangan pintu, gagang telepon dan keran minimal sekali sehari dengan
cairan pembersih dan tisu / kain sekali pakai.
- Hindari menyiapkan hidangan makanan/minuman untuk orang lain sampai
dokter menyatakan benar-benar sembuh. Di negara maju, orang yang
bekerja di industri / jasa makanan belum boleh kembali bekerja hingga
hasil tes menunjukkan orang tersebut tidak lagi membawa bakteri
tifoid.
- Gunakan barang pribadi secara terpisah, seperti handuk, seprai,
peralatan makan dan cuci sesering mungkin dengan air hangat dan sabun.
Beberapa barang perlu direndam terlebih dahulu dalam cairan
disinfektan.

Bakteri Helicobacter pylori merupakan penyebab umum terjadinya ulcer, yaitu kerusakan pada kulit atau mukosa lambung. Dokter biasanya mencoba membasminya dengan menggunakan antibiotik. Namun, hal itu tidak banyak membantu. Kini sekitar 10-23% kasus tersebut dapat dibantu dengan mengonsumsi yogurt.
Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus pada yogurt yang membunuh bakteri dan kimiawi penyebab bau mulut.

Apakah MAC Itu?
Kompleks Mikobakterium Avium
(Mycobacterium Avium Complex/MAC)
adalah penyakit parah yang disebabkan
oleh bakteri umum. MAC juga dikenal
sebagai MAI (Mycobacterium Avium
Intracellulare). Infeksi MAC bisa lokal
(terbatas pada satu bagian tubuh) atau
diseminata (tersebar luas pada seluruh
tubuh, kadang kala disebut DMAC).
Infeksi MAC sering terjadi pada paru,
usus, sumsum tulang, hati dan limpa.
Bakteri yang menyebabkan MAC
sangat lazim. Kuman ini ditemukan di
air, tanah, debu dan makanan. Hampir
setiap orang mengandung bakteri ini
dalam tubuhnya. Sistem kekebalan tubuh
yang sehat dapat mengendalikan MAC,
tetapi orang dengan sistem kekebalan
yang lemah dapat mengembangkan
penyakit MAC.
Hingga 50 persen Odha mengalami
penyakit MAC, terutama jika jumlah
CD4 di bawah 50. MAC hampir tidak
pernah menyebabkan penyakit pada
orang dengan jumlah CD4 di atas 100.
Bagaimana Kita Tahu Kita MAC?
Gejala MAC dapat meliputi demam
tinggi, panas dingin, diare, kehilangan
berat badan, sakit perut, kelelahan, dan
anemia (kurang sel darah merah). Jika
MAC menyebar dalam tubuh, bakteri ini
dapat menyebabkan infeksi darah,
hepatitis, pneumonia, dan masalah parah
lain.
Gejala ini dapat disebabkan oleh
banyak infeksi oportunistik. Jadi, dokter
kemungkinan akan memeriksa darah, air
seni, atau air ludah untuk mencari bakteri
MAC. Contoh cairan tersebut dites untuk
mengetahui bakteri apa yang tumbuh
padanya. Proses ini, yang disebut pembiakan,
perlu beberapa minggu. Bahkan
jika kita terinfeksi MAC, sulit menemukan
bakteri MAC.
Jika jumlah CD4 kita di bawah 50,
dokter mungkin mengobati kita seolaholah
kita MAC, walaupun tidak ada
diagnosis yang tepat. Ini karena infeksi
MAC sangat umum tetapi sulit didiagnosis.
Bagaimana MAC Diobati?
Bakteri MAC dapat bermutasi (mengubah
dirinya) dan mengembangkan resistansi
(menjadi kebal) terhadap beberapa
obat yang dipakai untuk mengobatinya.
Dokter memakai kombinasi obat antibakteri
(antibiotik) untuk mengobati
MAC. Sedikitnya dua obat dipakai:
biasanya azitromisin atau klaritromisin
ditambah hingga tiga obat lain. Pengobatan
MAC harus diteruskan seumur
hidup, agar penyakit tidak kembali
(kambuh).
Orang akan bereaksi secara berbeda
terhadap obat anti-MAC. Kita dan dokter
mungkin harus mencoba berbagai kombinasi
sebelum kita menemukan satu
kombinasi yang berhasil untuk kita dan
menyebabkan efek samping sedikit
mungkin.
Obat MAC yang paling umum dan efek
sampingnya adalah:
Amikasin: masalah ginjal dan telinga;
disuntikkan.
Azitromisin (lihat Lembaran Informasi
(LI) 530): Mual, sakit kepala, diare;
bentuk kapsul atau diinfus.
Siprofloksasin (lihat LI 531): mual,
muntah, diare; bentuk tablet atau
diinfus;
Klaritromisin (lihat LI 532): mual,
sakit kepala, muntah, diare; bentuk
kapsul atau diinfus. Catatan: Dosis
maksimum 500mg per hari.
Etambutol: mual, muntah, masalah
penglihatan; bentuk tablet.
Rifabutin: ruam, mual, anemia; bentuk
tablet. Banyak interaksi obat.
Rifampin: demam, panas dingin, sakit
tulang atau otot; dapat menyebab air
seni, keringat dan air ludah menjadi
berwarna merah-oranje (dapat mewarnai
lensa kontak); dapat mengganggu
pil KB. Banyak interaksi obat.
Dapatkah MAC Dicegah?
Bakteri yang menyebabkan MAC
sangat umum. Mustahil infeksinya
dihindari. Cara terbaik untuk mencegah
penyakit MAC adalah memakai obat
antiretroviral yang manjur. Bahkan jika
jumlah CD4 kita sangat rendah, ada obat
yang dapat mencegah perkembangan
penyakit MAC pada hingga 50 persen
orang.
Obat antibiotik azitromisin dan klaritromisin
dipakai untuk mencegah
penyakit MAC. Obat ini biasa diresepkan
untuk orang dengan jumlah CD4 di
bawah 75.
Terapi kombinasi antiretroviral dapat
meningkatkan jumlah CD4. Jika jumlah
CD4 naik di atas 100 dan tahan pada
tingkat ini selama tiga bulan, mungkin
adalah aman untuk berhenti memakai
obat pencegahan MAC. Tentukan
berdiskusi dengan dokter sebelum
berhenti memakai obat apa pun yang
diresep.
Masalah Interaksi Obat
Sebagian besar obat yang dipakai
untuk mengobati MAC berinteraksi dengan
banyak obat yang lain, termasuk
obat antiretroviral, obat antijamur dan pil
KB. Hal ini dapat menjadi masalah besar
dengan rifampin, rifabutin dan rifapentin.
Pastikan dokter mengetahui semua
obat-obatan yang dipakai agar
semua interaksi yang mungkin dapat
dipertimbangkan.
Garis Dasar
MAC adalah penyakit parah yang disebabkan
bakteri yang lazim. MAC dapat
menyebabkan kehilangan berat badan
yang parah, diare dan gejala lain.
Jika kita MAC, kemungkinan kita akan
diobati dengan azitromisin atau klaritromisin
ditambah satu hingga tiga antibiotik
lain. Kita harus memakai obat ini
terus-menerus seumur hidup untuk
menghindari kambuhnya MAC.
Orang dengan jumlah CD4 di bawah
75 sebaiknya bicara dengan dokter
mengenai obat untuk mencegah penyakit
MAC.
READ MORE - Bakteri